Pimpinan Pondok Buka Rangkaian Kegiatan Tarbiyah Amaliyah Tahun 2019

Post Test di Masjid Al-Jauhar sebelum Pelaksanaan Amaliyah Tadris
Pimpinan Pondok Modern Al-Jauhar, Al-Ustadz Haryono, M.Pd.I resmi membuka rentetan kegiatan Tarbiyah Amaliyah (disebut juga Amaliyah al-Tadris) tahun 2019 pada Sabtu pagi 9 November 2019. Acara pembukaan tersebut diikuti oleh seluruh siswa akhir (kelas 6) Kulliyyatu-l-Mu‘allimin Al-Islamiyah (KMI) 2019 beserta seluruh musyrif / pembimbing. Turut hadir dalam acara tersebut seluruh Mejelis Pimpinan.

Acara pembukaan dimulai dengan penyampaian pesan dan nasihat dari Pimpinan Pondok, dalam sambutannya Bapak pimpinan mengingatkan kepada seluruh yang hadir tentang nilai-nilai amaliyah, 
Kunci utama dalam hidup di pondok ini adalah memiliki kemauan, mau didik, mau bergerak, mau berbuat, mau belajar dst, bapak pimpinan pun memaparkan rumus hidup di pondok sebagai berikut ;
Kemauan + Kemampuan = Sempurna
Sambutan kedua disampaikan oleh Bapak direktur KMI Al-Ustadz Nana Nashiruddin, S.Pd, beliau menyampaikan tentang evaluasi amaliyah tahun lalu sekaligus menyampaikan teknis, tata cara dan teori-teori umum dalam Tarbiyah Amaliyah yang akan dilaksanaan selama 9 hari ke depan, kemudian dilanjutkan dengan post test yang dipimpin langsung oleh Kurikulum KMI Ustadzah Sri Sutanti, S.Pd, 
Al-Jauhar dengan sistem KMI mencetak guru-guru Islam yang berkompeten, dan salah satu langkah Al-Jauhar dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan mengajarkan siswa materi Tarbiyah mulai dari kelas 3 hingga 6 KMI, setelah semua materi diajarkan, maka pada jenjang akhir, tibalah saatnya bagi mereka untuk menerapkan semua yang telah dipelajari dari materi Tarbiyah tersebut.

Tarbiyah Amaliyah, merupakan agenda rutinitas tahunan Pondok Modern Al-Jauhar dan ini wajib diikuti oleh seluruh santri akhir KMI. Setiap santri akhir KMI ditugaskan mengajar pada pelajaran dan kelas yang sudah ditentukan. Kesuksesan santri akhir KMI dalam hal ini bergantung kepada kemampuan mereka masing-masing dalam menentukan thariqah al-tadris (metode pengajaran) yang tepat, menguasai materi, dan membuat persiapan yang matang, selain itu, kemampuan mereka dalam menyampaikan naqd juga menjadi pertimbangan, setelah itu akan diketahui apakah siswa tersebut shalih tadris (layak mengajar) atau ghairu shalih tadris (tidak layak mengajar).

jauhartv